Jelajah
IMG-LOGO
info publik

Pembangunan Desa Giritengah Sebagai Desa Wisata Melalui Pendekatan Geografis

Create By 15 August 2019 2731 Views
IMG
Landscape Desa Giritengah
Sumber: Dokumentasi KKN-PPM UGM 2019

 

Desa Giritengah merupakan salah satu desa di Kecamatan Borobudur yang terletak di antara jajaran gunungapi kuarter di bagian utara dan Pegunungan Menoreh di sebelah selatan (Van Bemmelen, 1949). Hal tersebut mengakibatkan Desa Giritengah sekaligus Kecamatan Borobudur terletak di zona sentral depresi yang diperkirakan termasuk ke dalam bentuklahan dataran bekas rawa atau danau yang diindikasi berdasarkan hasil ditemukannya data-data umur lempung hitam dan kayu dalam hal rekonstruksi paleogeografi yang menunjukkan perkembangan luasan danau purba (Murwanto, 2015). Dengan adanya karakteristik fisik tersebut, Desa Giritengah terletak  di lereng perbukitan dengan kemiringan lereng  >25 derajat yang menjadi salah satu potensi sumberdaya pembangunan di daerahnya dari segi wisata alam perbukitan.

Wisata berdasarkan pendekatan geografis dilihat dari aspek lokasi, perpindahan yang dibuat oleh wisatawan, perubahan yang diberikan oleh pelaku wisata ke landscape daerah dalam rupa fasilitas, dispersi pengembangan wisata, perencanaan fisik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Sebagai salah satu desa wisata di Kecamatan Borobudur, Desa Giritengah juga merupakan desa yang diharapkan mampu mendukung pariwisata lokal di kawasan wisata Candi Borobudur agar mampu meningkatkan pengembangan wilayah dari segala aspek. Keberadaan Candi Borobudur merupakan suatu aset bagi masyarakat lokal untuk dapat mengembangkan sumberdaya yang mereka miliki untuk dijadikan sebagai sumber mata pencaharian berbasis desa wisata. Graburn (1983) mengemukakan bahwa:

            “historic sites attract tourist who live in modern environment.”

Dengan maksud bahwa situs-situs wisata budaya bersejarah mampu menarik perhatian turis/wisatawan yang hidup di area perkotaan yang ingin merasakan suasana wisata yang berbeda dari daerah perkotaan. Dengan adanya hal tersebut, perkembangan wisata candi menjadi salah satu prospek tinggi Kabupaten Magelang yang dapat dimanfaatkan oleh desa-desa di sekitarnya untuk berkembang dan menjadikan kawasan Borobudur menjadi nodal area yang saling berhubungan secara fungsional satu sama lain dengan CBD terletak di Borobudur yang dapat menggiring wisatawan untuk berwisata di desa-desa di sekitarnya.

Zaini (2014) menyebutkan bahwa skala prioritas pembangunan perdesaan yang berbasis pada rural based development meliputi; 1) pengembangan ekonomi lokal, 2) pengembangan masyarakat, dan 3) pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan kelembagaan. Dengan adanya ketiga skala prioritas tersebut diharapkan mampu mencakup seluruh aspek pengembangan desa yang mendukung meningkatnya kesejahteraan masyarakat lokal dari sisi pengembangan pariwisatanya. Ketiga skala prioritas pembangunan desa tersebut bekerja secara bersamaan untuk dapat mengembangkan desa wisata yang mumpuni dan mampu memenuhi kebutuhan wisatawannya yang diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi desa. Pembangunan desa tersebut harus diselaraskan dengan prinsip dan tujuan pembangunan wilayah yang melingkupi Growth, Equity, Welfare/Prospherity, dan Sustainability. Growth merupakan meningkatnya/tumbuh berkembangnya output dan pendapatan desa maupun masyarakat yang dapat meliputi aspek sosial, pendidikan, ekonomi, dan infrastrukturnya. Equity merupakan perataan distribusi dampak perkembangan di suatu wilayah dan masyarakat. Welfare merupakan peningkatan kesejahteraan masyarakat baik jasmani maupun rohani yang didukung oleh pembangunan desa. Berdasarkan ketiga hal tersebut, diharapkan desa dapat mempertahankan Sustainability (berkelanjutan) pembangunan desa yang memberikan dampak positif bagi lingkungan, ekonomi, dan sosial masyarakatnya.

Karakteristik desa yang melekat pada sektor pertanian dapat digeser menjadi Rural Non-Farm Economy (RNFE) dimana potensi desa dikembangkan terkait dengan aspek ketenagakerjaan, pendapatan, dan penghidupan yang tidak langsung dari produksi pertanian. Mengapa dapat digeser menjadi sektor non-pertanian? Desa Giritengah merupakan salah satu desa di Kecamatan Borobudur yang sulit mendapatkan air terutama di musim panas. Lahan pertanian baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan memerlukan limpahan air yang cukup banyak untuk dapat memproduksi hasil pertanian yang mencukupi sehingga di saat musim kering Desa Giritengah tidak mampu secara aktif memproduksi hasil tani. Dengan meningkatnya perkembangan ekonomi kreatif desa, masyarakat dapat mengembangkan/memberdayakan sumberdaya desa secara optimal dari sisi wisata alamnya. Beberapa potensi lokal yang Giritengah miliki di antaranya adalah keindahan landscape beberapa puncak/punthuk (Mongkrong, Suroloyo, Gupakan, Limasan, Pos Mati) yang dikembangkan menjadi destinasi wisata yang terorganisir. Pengembangan destinasi-destinasi wisata tersebut melibakan semua elemen masyarakat baik dari pelaku wisata, pengelola, dan pemerintah/lembaga terkait.

Pemerataan distribusi peluang kerja dari sektor pariwisata juga sangat luas bagi masyarakat lokal Desa Giritengah. Salah satu contohnya adalah wisata madu yang dimiliki salah seorang warga Desa yang berkembang dengan baik dan wisata kesenian lokal milik warga Dusun Kamal yang sudah dikenal oleh wisatawan mancanegara. Hal tersebut menunjukkan besarnya peluang bagi pemilik saham yang memiliki kemampuan untuk mengelola suatu jenis wisata dan memperkecil peluang usaha masyarakat lain yang memiliki modal minim untuk dapat mengembangkan usaha mereka di sektor pariwisata. Oleh karena itu beberapa pelatihan dan penyuluhan diberikan oleh pemerintah desa maupun pusat untuk dapat mengembangkan kemampuan masyarakatnya dalam mengelola destinasi wisata yang dibawahi oleh desa secara adil dan merata.

Pengembangan destinasi wisata juga perlu didukung dengan adanya peningkatan sarana prasarana yang dibutuhkan bagi wisatawan yang akan mengunjungi lokasi wisata. Aksesibilitas transportasi dari pusat kawasan Wisata Candi menuju desa-desa dapat ditempuh dengan menggunakan mobil wisata yang disediakan oleh TWC, dengan menggunakan sepeda, maupun dengan berjalan kaki. Penambahan prasarana pendukung wisata seperti denah kawasan wisata maupun pamflet area wisata sangatlah penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan wisata yang lebih baik dan mampu menarik jumlah wisatawan yang berkunjung.

Wajah suatu desa wisata dapat dicerminkan berdasarkan keindahan pengelolaan desa wisata tersebut. Desa yang tertata rapi dan terkelola dengan baik secara tidak langsung mampu menarik perhatian wisatawan untuk datang dan mengunjungi desa tersebut. Salah satu permasalahan di Desa Giritengah adalah masalah pengelolaan sampah yang kurang optimal dan partisipasi masyarakat yang cukup kurang dalam mengelola sampah industri rumah tangga. Beberapa opsi pengelolaan sampah yang telah dilakukan untuk mengurangi pembuangan sampah secara sembarangan di antaranya adalah pengolahan sampah organik menjadi kompos organik dan daur ulang sampah plastik dan sampah non organik lainnya menjadi suatu bentuk kerajinan yang dapat dikomersilkan menjadi salah satu prospek pengelolaan dan pemilahan sampah yang cukup baik bagi keberlanjutan desa wisata Giritengah dari sisi lingkungannya.

Pembangunan desa wisata pada dasarnya membutuhkan sinkronisasi yang baik antara masyarakat lokal, pemerintah baik desa maupun pusat, lembaga-lembaga terkait yang mensponsori kegiatan pariwisata desa, dan kerja sama yang baik dari wisatawan yang datang berkunjung. Pembangunan yang baik didukung oleh partisipasi merata pihak-pihak tersebut untuk dapat mewujudkan 4 prinsip pengembangan wilayah yaitu tumbuh dan berkembangnya desa dari segala aspek, manfaat yang dirasakan secara merata dan adil, meningkatkan standar hidup/menyejahterakan, dan memiliki sifat berkelanjutan yang manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka waktu yang panjang dan berlanjut antar generasi.

 

Referensi;

Bemmelen, V. 1949. The Geology of Indonesia. 1st penyunt. The Hague: Government Printing Office, p.p 26,28-29.

Graburn, Nelson. H. H. 1983. The Anthropology of Tourism. University of California, Berkeley, USA.

Murwanto, H. 2015. Penelusuran Jejak Lingkungan Danau Purba di Sekitar Candi Borobudur dengan Pendekatan Paleogeomorfologi. Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Zaini, H.F. 2014. Pembangunan Pedesaan. Diakses dari http://www.kemeneg pdt.go.id/uploads/artikel/Pembangunan_Pedesaan.pdf.

IMG
IMG
IMG