Desa Giritengah adalah sebuah desa yang terletak sejauh 5 km di arah barat daya Candi Borobudur, dengan ketinggian 400-950 meter di atas permukaan laut. Masyarakatnya menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi dan budaya. Desa ini menjadi saksi perjuangan Pangeran Diponegoro pada masa perang kemerdekaan (1825-1830) karena digunakan sebagai tempat persinggahannya. Kondisi alamnya sangat indah dan tersohor, salah satunya adalah Puncak Suroloyo yang menjadi bagian dari perbukitan Menoreh. Selain itu, Giritengah juga memiliki potensi wisata yang lain yaitu Punthuk Gupakan, Punthuk Kendil, Punthuk Mongkrong dan Bukit Limasan.
Selain potensi wisata alamnya, Giritengah juga terkenal akan budidaya lebah madunya. Hal ini didukung oleh kondisi alamnya yang memiliki banyak jenis pakan lebah seperti bunga Pohon Kaliandra, tanaman jagung dan randu, yang tumbuh subur di lereng Perbukitan Menoreh. Selain wisata madunya, wisata budaya juga berkembang luas di Giritengah. Sanggar seni kebudayaan Jawa banyak dikunjungi wisatawan baik dari dalam maupun luar negri untuk belajar tentang kesenian Jawa khususnya gamelan.
Kondisi Geografis
Desa ini memiliki luas 432.201 hektar dengan jumlah penduduk sebanyak 2887 jiwa. Giritengah memiliki 6 dusun, yaitu Dusun Mijil, Kamal, Ngaglik, Kalitengah, Gedangsambu dan Onggosoro. Batas wilayah administratif di bagian utara adalah Desa Karanganyar, bagian selatan adalah Kabupaten Kulon Progo, bagian timur adalah Desa Tanjungsari dan Majaksingi, sedangkan di bagian barat adalah Desa Giripurno. Desa ini hampir seluruhnya terletak di lereng Bukit Menoreh, sehingga beberapa dusun memiliki ketinggian yang berbeda dari sekitarnya dengan akses yang cukup curam. Bagian selatan, timur dan barat desa berupa perbukitan dengan orientasi ke arah utara.
Kondisi Sosial Budaya
Secara umum struktur masyarakat Desa Giritengah masih mencerminkan pola kemasyarakatan yang kuat dan memiliki semangat tinggi untuk maju dan berkembang. Masyarakat menjunjung tinggi nilai gotong royong dan tepo sliro, dicerminkan dengan masih berjalannya kegiatan rutin seperti yasinan dan kerja bakti. Kesenian tradisional juga masih dijaga dengan sangat baik oleh beberapa kelompok kesenian dengan berbagai macam kesenian tradisional, seperti Ndayak, Jathilan, Ndolalak, Gatholoco, dan Grasak. Selain tampil untuk acara-acara tahunan di desa, kelompok kesenian tersebut juga menerima undangan untuk tampil diluar desa. Beberapa tradisi dan ritual pun masih dipertahankan oleh masyarakat Desa Giritengah, seperti Festival Sendang Suruh yang merupakan ritual yang dilaksanakan setiap bulan Muharram, nyadran, tingkeban, mitoni, dan wiwit.